Memulai Petualangan Menggunakan Vim Part 1
Yeah, salah satu resolusi terbesar saya di tahun 2017 adalah berhasil menjadikan VIM sebagai text editor utama. Yang jelas butuh perjuangan dan kerja keras untuk mencapai hal tersebut. Waktu yang saya butuhkan untuk benar-benar full menggunakan VIM sektiar 4 bulan. Salah satu hal yang membuat saya perpacu untuk belajar VIM yaitu quote dari sebuah blog dengan judul Learn VIM Progressively.
Learn VIM and it will be your last text editor.
Saya sangat tertantang untuk membuktikan quote di atas. Apakah benar VIM merupakan text editor yang sangat powerfull? Apakah benar setelah saya menggunakan VIM tidak akan tergoda untuk pindah ke text editor lain? Nah pada post ini saya akan menceritakan perjuangan untuk menjadi seorang VIMer sejati. Simak baik-baik ya gaes :)
Text editor yang pernah saya gunakan
Sebelum saya jatuh cinta dengan VIM, ada beberapa text editor yang pernah saya gunakan. Notepad jelas masuk dalam daftar ini :) Kemudian saya beralih ke Notepad++. Saat itu saya masih duduk dibangku kelas 2 SMK (tahun 2010). Fokus saya hanya pada kode-kode yang saya tulis terlihat berwarna wkwk Beberapa bulan kemudian saya mulai mengenal Adobe DreamWeaver. Text editor yang mampu men-generate tampilan menjadi kode-kode. Juga dilengkapi dengan fitur autocomplete yang cukup “wah” pada masanya.
Di tahun 2013 selepas lulus dari SMK (re: kuliah), saya mulai mengenal Sublime Text, text editor yang cukup powerfull dengan dengan berbagai plugin-nya. Saya bertahan menggunakan Sublime Text sekitar 4 tahun (sampai awal 2017). Selama rentang waktu 4 tahun tersebut ada berbagai bahasa pemrograman dan framework yang saya gunakan seperti PHP, Java, CodeIgniter, Laravel, YII, Ruby, Ruby on Rails.
Nah, dari berbagai text editor yang pernah saya gunakan di atas, semua memiliki kesamaan yaitu harus menggunakan keyboard dan mouse, selalu scroll up dan scroll down, tangan sangat sering berpindah dari keyboard ke mouse, mouse ke keyboard. Juga setiap text editor memiliki shortcut command yang berbeda-beda. Cara-cara itu sangat tidak efektif. Semakin sering tangan berpindah dari keyboard ke mouse, mouse ke keyboard maka semakin banyak pula waktu yang terbuang. VIM lah solusi dari berbagai masalah di atas :p
Kesan pertama menggunakan VIM
Ternyata VIM tidak semudah dan seramah yang saya bayangkan. Sesaat setelah mengetikan perintah VIM
di terminal yang muncul hanyalah tampilan berisi informasi singkat tentang VIM seperti apa itu VIM, VIM version, sedikit perintah dasar VIM. Biar nggak penasaran berikut tampilan awal VIM :p
Melihat tampilan VIM yang aneh nan membingungkan saya pun asal pencet tombol keyboard berharap ada suatu keajaiban wkwk Alih-alih keajaiban yang terjadi, VIM tidak memberikan respon apapun. Untuk sekedar menulis saja saya sangat kebingungan. Alhasil saya buru-buru ingin keluar dari VIM. Bisa ditebak saya juga kesulitan untuk keluar dari VIM :D Solusinya dengan menutup terminal dan membuka terminal baru wkwk Saking sulitnya keluar dari VIM ada banyak meme bertebaran di internet. Berikut salah satunya yang saya kutip dari situs IDRAILS.
Kemampuan mengetik 10 jari
Yap, kemampuan mengetik 10 jari tidak bisa ditawar lagi jika akan menggunakan VIM. Efektifitas penggunaan VIM sangat bergantung pada kemampuan ini. Memang kita perlu menginvestasikan waktu untuk belajar mengetik 10 jari. Saya kira cukup 1-2 minggu kita sudah bisa mahir mengetik 10 jari.
Ada banyak tools yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengetik 10 jari. Misalnya TypeMaster, TypeRace RapidTyping, dll. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengetik dengan 10 jari. Just try and make it come true!
Resource untuk belajar VIM
- Practical Vim: Edit Text at the Speed of Thought
- VIM untuk Semua
- Screencast vimcast.org
- Screencast idrails.com
Nah berikut tampilan VIM di laptop saya, semoga menginspirasi!
Nantikan kelanjutan cerita perjuangan saya menjadi VIMers sejati!!